Views: 0

Sri Nurhasanti, M.Pd

Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Wonogiri

dan fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation.

Sejak kemunculannya, Covid-19 mengubah seluruh lini kehidupan, tak terkecuali dunia pendidikan. Para guru yang semula sudah mempersiapkan materi pembelajaran tatap muka harus merubahnya menjadi jarak jauh, daring maupun luring. Sungguh ini sesuatu yang secara telak menjadi pukulan berat. Teristimewa mereka yang kurang memahami penerapan teknologi untuk pembelajaran.

Dalam menghadapi kondisi ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri telah memfasilitasipenyelenggaran pelatihan aplikasi internet dengan berbagai fitur yang menarik, syncronusmaupun unsyncronus untuk membantu para guru membuat media pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang menarik.

Sway dalam Microsoft 365, salah satu fitur menarik yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis dalam Bahasa Inggris. Tujuan pembelajaran menangkap makna dari teks naratif berbentuk fabel dapat dikembangkan sebuah media digital menarik dengan Sway ini. Digitalisasi dilakukan karena sway mampu didesain sehingga tampilannya menarik, bisa memasukkan materi, video, gambar-gambar, dansoal latihan yang disematkan di dalam slide Sway. Pemilihan aplikasi ini dalam pembelajaran bahasa Inggris teks naratif berbentuk Fabel untuk kelas IX ini dilaksanakan dalam 2x pertemuan, di  mana pertemuan selanjutnya berbentuk “Folktale”.

Menajemen kelas daring yang digunakan dengan menggunakan 3 prinsip yaitu, Mengkondisikan, Aktifkan, dan Umpan balik atau dalam program PINTAR Tanoto Foundation disebut MAU.

Pertama, mengkondisikan.  Kelas telah memiliki group baik berupa WAG (Whatsapp group) dan juga Kaizala kelas untuk mengirimkan link sway dan juga untuk mengecek kehadiran siswa. Selain itu juga untuk media interaksi dengan para siswa.

Selanjutnya, guru mempersiapkan materi, media bisa berupa gambar-gambar dan video agar lebih menarik serta penjelasan guru di dalam slide sway tersebut. Di akhir slide disematkan soal-soal latihan serta tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang sebelumnya sudah dibuat menggunakan microsoft form terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup dan siap untuk dikirimkan kepada siswa, guru mengkondisikan keikutsertaan siswa terlebih dahulu melalui Kaizala kelas, atau menggunakan WAG kelas bagi mereka yang HP nya tidak support dengan fitur Kaizala.

Dalam Kaizala ada aplikasi untuk guru merekam kehadiran siswa sehingga akan memudahkan mengecek siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau sebaliknya.

Setelah yakin semua siap selanjutnya guru mengaktifkan. Guru membuka kegiatan pembelajaran melalui voice note di Kaizala atau WAG dan mengkondisikan perangkat siswa dan kesiapan alat tulis. Setelah itu link sway dibagikan kepada siswa, yakni http://bit.ly/Fablekeduaku.

Durasi waktu membuka sway sekitar lima belas sampai dengan dua puluh menit. Setelah itu guru mengecek pemahaman siswa melalui WAG atau Kaizala. Diskusi online dan interaktif di fasilitasi oleh guru dalam tahap ini. Baru selanjutnya memintasiswa untuk mengerjakan link soal latihan di Sway.

Hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal latihan dapat dengan mudah dilihat respon dan hasilnya sekaligus di microsoft form sebagai penilaian kompetensi pengetahuan.

Umpan balik. Pemahaman dinilai dari penilaian ranah keterampilan tulis, yakni dengan meminta siswa menceritakan kembali teks naratif yang berjudul, “The wolf and the Crane” menggunakan bahasa mereka sendiri.

Setelah yakin para siswa mampu menyusun teks tersebut, guru mengecek lagi kehadiran siswa melalui aplikasi “Request Attendance”. Jika mereka tidak mampu melakukan presensi melalui aplikasi,guru memberi kemudahan dengan presensi manual. Menghubungi secara pribadi, mengirim lagi link pembelajaran, dan memantau apakahsiswa tersebut mengerjakan tugasnya atau tidak. Hal ini karena siswa SMPN 2 Wonogiri berasal dari kondisi ekonomi menengah ke bawah.

Presentase ketuntasan dalam kegiatan ini lebih dari 75% siswa mampu menuliskan kalimat dengan baik dan benar. Apresiasi dan umpan balik diberikan kepada semua tulisan siswa. Misalnya harap sering membaca teks naratif lainnya dengan bentuk yang berbeda misal folktale atau legend. Bagi yang kurang mampu agar lebih banyak berlatih menyusun kalimat-kalimat bentuk lampau dan banyak membaca teks berbentuk recountsebagai perbandingan dalam menyusun kalimat, terutama kalimat berbentuk past tense.

Di akhir pembelajaran, guru meminta siswa memfoto pekerjaan yang sudah ditulis tangan kemudian dikirimkan ke kaizala kelas atau WAG. Langkah ini ditempuh karena masih banyak siswa yang belum memiliki laptop dan mengarahkan siswa agar menghindari belajar secara berkelompok untuk mengurangi penularan covid 19.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *