Views: 0
Hasil uji oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi ( OECD- Organization for Economic Coopoeration and Development ) dalam Programme for International Student Assesment ( PISA ). PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke- 57 dengan skor 396 ( skor rata-rata OECD 493 ), sedangkan PISA menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke- 64 dengan skor 396 ( skor rata –rata 496 ) ( OECD, 2013 ). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Dari kedua hasil tersebut ,seperti ditulis dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, dikatakan bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Berdasarkan hal tersebut , Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangakan gerakan literasi sekolah ( GLS ) yang melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat ,provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Selain itu, pelibatan unsur eksternal dan unsur publik, yakni orang tua peserta didik, alumni, masyarakat, dunia usaha dan industri juga menjadi komponen penting dalam GLS.
` GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9. Butir Nawacita yang dimaksudkan adalah (5) meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; (9) memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Empat butir Nawacita tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.
Kegiatan literasi di SMP ini merupakan salah satu wujud Penumbuhan Budi Pekerti sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015.
Merujuk pada hal-hal tersebut diatas SMP Negeri 3 Ngadirojo berusaha dengan kesungguhan untuk mengadakan GLS melalui sebuah Box Literasi sebagai salah satu upaya kreatif dan inovatif untuk membangun budaya baca tulis peserta didik di SMP Negeri 3 Ngadirojo.
Peserta didik SMP Negeri Ngadirojo yang inputnya dari anak- desa di sekitar SMP Negeri 3 Ngadirojo yang pada umumnya minat bacanya masih rendah, serta kondisi ruang baca di perpustakaan kurang ideal dan representatif untuk menampung sejumlah peserta didik.
SMP Negeri 3 Ngadirojo berusaha dengan kesungguhan agar mereka memiliki budaya baca yang tinggi, dengan menyediakan ,menghadirkan, mendekatkan di tengah-tengah mereka aneka ragam bahan bacaan yang disajikan dalam sebuah box, dengan harapan mereka mempunyai kebiasaan yang bisa dikembangkan, yang akhirnya akan menjadi budaya , sehingga akan membuka cakrawala mereka meskipun mereka anak-anak desa, anak-anak pinggiran. Juga ada harapan meskipun mereka anak-anak desa tetapi mempunyai kemampuan literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.
Berikut Buku Panduan Penggunaan Box Literasi :